![]() |
Memahami Pengertian, Penyebab, Jenis, Serta Dampak Inflasi |
Memahami Pengertian, Penyebab, Jenis, Serta Dampak Inflasi - Inflasi 2023 akan mencapai level 4,02 persen.
Estimasi ini lebih tinggi dari target pemerintah sebesar 3,6 persen. Inflasi merupakan
proses dari suatu peristiwa, bukan naik turunnya tingkat harga. Maknanya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi.
Inflasi merupakan
indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung terus menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk
mengartikan peningkatan jumlah uang beredar yang kadang-kadang dilihat sebagai
penyebab kenaikan harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua
yang paling umum digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat
diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu inflasi ringan, sedang, berat,
dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi ketika kenaikan harga di bawah 10% per
tahun, inflasi moderat antara 10%-30% setahun, berat badan antara 30%—100%
setahun.
Dan hiperinflasi atau inflasi yang tidak terkendali terjadi ketika kenaikan harga di atas 100% dalam setahun. Inflasi diukur dengan menghitung perubahan persentase perubahan indeks harga. Indeks harga termasuk:
- Indeks harga konsumen (CPI) atau indeks harga konsumen (CPI): Indeks yang mengukur harga rata-rata barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
- Indeks biaya hidup (COLI).
- Indeks harga produsen: Indeks yang mengukur harga rata-rata barang yang dibutuhkan oleh produsen untuk melakukan proses produksi. PPI sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang pada gilirannya akan meningkatkan harga barang konsumsi.
- Indeks harga komoditas: Indeks yang mengukur harga komoditas tertentu.
- Indeks harga barang modal
- Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Apa Saja Penyebab Inflasi?
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya inflasi. Secara umum penyebab inflasi adalah karena adanya peningkatan permintaan dan biaya produksi. Secara rinci, berikut adalah beberapa penyebab inflasi:
1. Meningkatnya Permintaan
Inflasi yang terjadi
disebabkan oleh peningkatan permintaan terhadap jenis barang atau jasa
tertentu. Dalam hal ini, peningkatan permintaan terhadap jenis barang atau jasa
tersebut terjadi secara keseluruhan atau permintaan agregat.
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan belanja pemerintah, peningkatan permintaan barang untuk ekspor, peningkatan permintaan barang untuk sektor swasta.
2. Peningkatan Biaya Produksi (Cost Pull Inflation)
Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi. Kenaikan biaya produksi disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku, misalnya kenaikan harga bahan bakar, kenaikan biaya tenaga kerja
3. Peredaran Uang Tinggi
Inflasi terjadi karena
uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dari yang dibutuhkan. Ketika
jumlah barang tetap konstan, sementara jumlah uang beredar berlipat ganda,
harga bisa naik hingga 100%.
Baca : Memahami Jenis, Cara, Manfaat dan Contoh Investasi Leher ke Atas
Klasifikasi dan Jenis
Inflasi
Berdasarkan asalnya,
inflasi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari
dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari
dalam negeri, misalnya karena defisit anggaran yang dibiayai dengan mencetak
uang baru dan kegagalan pasar yang mengakibatkan harga pangan tinggi.
Sedangkan inflasi dari
luar negeri adalah inflasi yang terjadi akibat naiknya harga barang-barang
impor. Hal ini dapat terjadi karena tingginya biaya produksi barang di luar
negeri atau kenaikan tarif barang impor.
Inflasi juga dapat dibagi
berdasarkan sejauh mana pengaruhnya terhadap harga. Jika kenaikan harga yang
terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, maka inflasi
tersebut disebut inflasi tertutup. Namun jika kenaikan harga terjadi untuk
semua barang secara umum, maka inflasi tersebut disebut sebagai inflasi
terbuka.
Sedangkan jika serangan
inflasi begitu parah sehingga sepanjang waktu harga terus berubah dan meningkat
sehingga masyarakat tidak dapat menahan uang lagi karena nilai uang terus
menurun, maka disebut inflasi yang tidak terkendali (hiperinflasi). Berdasarkan
beratnya inflasi juga dapat dibedakan:
Inflasi Ringan, yaitu
inflasi yang mudah dikendalikan dan tidak terlalu mengganggu perekonomian suatu
negara. Terjadi kenaikan harga barang atau jasa secara umum yaitu di bawah 10%
per tahun dan dapat dikendalikan.
Inflasi Sedang, yaitu
inflasi yang dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat dengan
pendapatan tetap, namun tidak membahayakan kegiatan perekonomian suatu negara.
Inflasi ini berada pada kisaran 10% – 30% per tahun.
Baca : Kenali Ciri-ciri Investasi Bodong dan Cara Menghindarinya
High Inflation, yaitu
inflasi yang paling parah yang mengakibatkan harga-harga naik hingga 5 atau 6
kali lipat. Orang tidak mau lagi menabung karena nilai uang turun tajam
sehingga ingin menukarnya dengan uang agar perputaran uang semakin cepat dan
kenaikan harga semakin cepat.
Biasanya situasi ini
muncul ketika pemerintah mengalami defisit anggaran yang dibelanjakan dan
ditutup dengan mencetak uang.
Inflasi Sangat Berat (Hiperinflasi), yaitu inflasi yang telah mengganggu perekonomian suatu negara dan sangat sulit dikendalikan meskipun telah dilakukan kebijakan moneter dan fiskal. Inflasi ini berada pada kisaran 100% ke atas per tahun.
Apa Saja Dampak Inflasi?
Inflasi memiliki dampak positif dan negatif bagi suatu negara dan masyarakatnya. Dampak tersebut dapat kita lihat melalui beberapa aspek kehidupan masyarakat. Berikut adalah beberapa efek umum dari inflasi:
1. Dampak Inflasi Terhadap Pendapatan
Inflasi bisa berdampak
positif dan negatif terhadap pendapatan masyarakat. Dalam kondisi tertentu,
seperti inflasi yang lemah, akan mendorong pengusaha untuk memperluas produksi
sehingga dapat meningkatkan perekonomian.
Namun, inflasi akan berdampak negatif bagi mereka yang berpendapatan tetap karena nilai uang tetap, sedangkan harga barang atau jasa naik.
2. Dampak Inflasi terhadap Bunga
Dalam kondisi inflasi, minat sebagian besar masyarakat untuk menabung akan menurun. Alasannya karena pendapatan dari bunga tabungan jauh lebih kecil, sedangkan penabung harus membayar biaya administrasi atas tabungannya.
Baca : Ingin Investasi Reksadana? Pahami Ini Terlebih Dahulu!
3. Dampak Inflasi pada Perhitungan
Kondisi inflasi akan mempersulit perhitungan harga pokok penentuan harga pokok barang, karena bisa terlalu kecil atau terlalu besar. Persentase inflasi yang terjadi di masa depan seringkali tidak dapat diprediksi dengan tepat.
4. Dampak Inflasi terhadap Ekspor
Kapasitas ekspor suatu negara akan menurun ketika mengalami inflasi, karena biaya ekspor akan lebih mahal. Selain itu, daya saing barang ekspor juga mengalami penurunan yang pada gilirannya menurunkan perolehan devisa.
5. Dampak Inflasi terhadap Efisiensi
Inflasi juga dapat
mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi
melalui peningkatan permintaan terhadap berbagai macam barang yang kemudian
dapat mendorong perubahan produksi barang tertentu sehingga pengalokasian
faktor produksi menjadi tidak efisien.
Inflasi dan Pembangunan
Ekonomi Tingkat inflasi yang tinggi tidak akan mendorong pembangunan ekonomi.
Biaya yang terus meningkat membuat kegiatan produktif sangat tidak
menguntungkan.
Sehingga pemilik modal
biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain,
tujuan ini dicapai dengan membeli aset tetap seperti tanah, rumah dan bangunan.
Karena pengusaha lebih suka melakukan kegiatan investasi seperti ini, maka investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Akibatnya pengangguran akan semakin banyak.
Posting Komentar